Aku berjalan gontai keluar kelas sambil menggendong tas sekolahku. Ga ada satu pun ilmu yang bisa aku pahami selama tiga jam pelajaran matematika tadi. Saat itu pikiranku tidak tertuju pada materi yang disampaikan guru, melainkan melayang kepada kamu. Iya, kamu...
Kamu yang sering menyapaku, ngobrol tentang hal-hal konyol, dan bercanda bersama.
Sekarang seperti kamu menghilang begitu saja. Bukan ragamu yang menghilang, melainkan sikapmu. Sikap yang selalu aku kenang dan tidak akan pernah terlupakan, satu pun tidak. Sekarang kamu jarang menyapaku, bahkan tidak pernah. Selalu saja kamu menghindar dariku, selalu saja kau hiraukan tatapanku, dan kau diamkan sapaanku.
Kamu yang dulu aku kenal sebagai kamu yang 'hangat' di depanku, kini aku kenal dengan "kamu yang dingin". Aku ga tau apakah kamu sama 'hangat'nya seperti kamu yang dulu di hadapan orang lain, atau mungkin kamu berubah menjadi dingin di mana pun itu kamu berada.
Memang ini bukan masalahku untuk mengoreksi perilakumu, tapi pikiranku ga bisa tinggal diam melihat kamu berubah seratus-delapan-puluh-derajat dari kamu yang dulu. Apa salahnya sih? Kamu sudah aku anggap sebagai rekan hidupku yang sangat berharga, kalau aku boleh bilang. Tapi ia sekarang hilang, rekan hidupku yang humoris pergi meninggalkanku, dan sekarang tinggal rekan hidupku yang dingin, kamu yang dingin.
Bisakah kamu berikan penjelasan kepadaku sebelum kamu meninggalkan beribu pertanyaan di benakku?
Aku sakit hati selama kamu yang peduli jadi kamu yang cuek sama aku dan pura-pura tidak mengenalku di hadapan teman-temanmu. Apa salahku sebenarnya? Aku ga bisa terus begini, aku ingin kamu kembali. Jangan jadi kamu yang dingin, aku ga suka....
Langkahku terhenti di depan gerbang sekolah ketika aku mendengar gelak tawa yang sudah sangat familiar bagiku. Itu tawamu. Tanpa kusadari aku tersenyum kecil, mengetahui kamu yang masih bisa tertawa setelah kau sikapi aku dengan sikap dinginmu. Kamu tertawa, namun bukan karenaku, tapi... karena mereka, teman barumu yang lebih kau perhatikan dari pada aku yang sudah ada di sisimu sejak lama.
Entah siapapun mereka yang ada di dekatmu, aku harap mereka menerimamu dan memperlakukanmu dengan manis, semanis perlakuanmu yang dulu. Aku tidak ingin kamu mendapatkan sakit hati yang sama seperti yang aku alami bila kamu mendapat perlakuan dingin dari mereka. Aku tidak akan pernah merelakan rekan hidupku sakit hati meski iya sudah menyakitiku. Tidak masalah, aku tidak keberatan sama sekali.
Maaf aku belum sempurna untuk berada di dekatmu, entah apapun yang salah dariku ataupun tak ada salah yang membuat kamu berubah drastis, aku harap kamu terima maafku. Terserah akan kau apakan permohonan ini.
Jangan terus mendingin, aku tidak akan pernah tahan. Tidak akan. Kau tahu sekarang zamannya global warming, semoga kau terkena dampaknya. Dan kembalilah menjadi hangat, kamu yang hangat....
No comments:
Post a Comment