Sebenarnya, apakah keputusanku dahulu salah? Memilih kau diantara berpuluh-puluh pilihan?
Tujuanku memutuskan ini, supaya aku bisa memperbaiki perasaanku yang sudah hampir lumpuh. Aku berpikir kalau kau bisa menjadi obat yang manjur bagi penyakit yang aku anggap sudah manusiawi. Aku harap kau bisa menjadi pengganti mereka.
Sempat aku putus asa karena rasa sakit yang aku alami semakin hebat. Disaat aku mencoba untuk melangkah maju dan melupakan semua yang berada di belakangku, justru sakit yang aku alami makin luar biasa. Bukannya terlupakan, namun semakin mengkristal dipikiranku dan menjalar ke perasaan.
Aku melakukan hal-hal yang dilakukan oleh tokoh yang menyerah atau putus asa dalam sebuah film. Kalau mereka ingin melupakan masa lalunya, mereka harus membuka lembaran hidup mereka yang baru dan memulai semuanya dari awal. Sudah kucoba. Namun cara tersebut tidak mempan. Goresan tintaku dalam setiap lembar terlalu tebal, hingga membekas pada halaman di belakangnya.
Jika membuka lembar baru yang masih bersih saja tidak cukup, aku bisa melakukan yang lain : membuang lembaran-lembaran lama dan membakarnya sampai habis tak tersisa. Manjurkah? Sayangnya tidak. Pikiranku terlalu kuat untuk melupakan memori-memori itu dan perasaanku terlalu lemah untuk menerima keadaan. Meski bukti yang tampak sudah tiada, tapi yang abstrak masih jelas.
Dengan cara lain, aku hadirkan kau di dalam cerita baruku dengan buku kehidupan yang baru pula. Harapanku melalui cara ini, kau dapat menyembuhkan rasa sakit yang ku alami. Aku sudah kehabisan perban untuk membalut luka ini, dan aku sudah tidak tahu harus bagaimana lagi. Satu-satu harapan adalah kau, seperti yang kukatakan tadi. Aku rasa hanya kau yang bisa melakukannya. Tapi, aku tidak percaya kau dapat memulihkannya, paling tidak membalut, itu sudah cukup.
Benar, kan, apa kataku........................................................................
Pilihanku salah, salah besar. Kepercayaan yang kutaruh kepadamu dengan mudah hilang. Bagaimana bisa itu terjadi? Kalau dipikir itu tidak mungkin, tapi itu yang kurasakan! Dengan satu tindakanmu saja, pertahananku dengan mudah runtuh. Kembali sakit setelah kau beri perban meski waktu itu hanya sedikit. Awalnya aku berpikir perban yang kau beri akan selamanya menutupi lukaku. Tatapi tidak. Aku bodoh! Aku bodoh! Seharusnya aku tidak mempercayaimu begitu saja. Seharusnya aku tidak menerima bantuanmu dengan mudah. Kau berikan perban, kau menawarkan kesembuhan, dan kau memberiku harapan! Namun, semuanya hanya sebatas harapan dan tak akan menjadi kenyataan.
Bodohnya aku... Seharusnya aku tak memasukkanmu kedalam hidupku, tidak menaruh kepercayaan padamu, dan seharusnya aku tidak menerima kata-katamu yang manis, yang dapat menyembuhkan lukaku sesaat, seperti obat penghilang rasa sakit.
Kau yang memberi harapan palsu atau aku yang terlalu percaya diri? Kalau aku katakan kau yang memberiku harapan palsu, kau pasti tidak akan terima. Baiklah, kalau begitu berarti aku yang salah? Iya, aku menyadarinya. Tidak seharusnya aku memaksamu untuk hadir dan berada di kehidupanku. Namun itu kulakukan karena aku sudah putus asa... Aku kehabisan perban untuk menutupi lukaku.....
It's probably what's best for you
I only want the best for you
And if I'm not the best then you're stuck
I tried to sever ties and I ended up with wounds to bind
Like you're pouring salt in my cuts
And I just ran out of band-aids
I don't even know where to start
'Cause you can bandage the damage
You never really can fix a heart
Even though I know what's wrong
How could I be so sure
If you never say what you feel, feel
I must have held your hand so tight
You didn't have the will to fight
I guess you needed more time to heal
Baby, I just ran out of band-aids
I don't even know where to start
'Cause you can bandage the damage
You never really can fix a heart
You must be a miracle worker
Swearing up and down
You can fix what's been broken, yeah
Please don't get my hopes up
No, no, baby, tell me how could you be so cruel?
It's like you're pouring salt on my cuts
Baby, I just ran out of band-aids
I don't even know where to start
'Cause you can bandage the damage
You never really can fix a heart
Baby, I just ran out of band-aids
I don't even know where to start
'Cause you can bandage the damage
You never really can fix a heart
Oh no, no, no
You never really can fix a heart
Oh no, no, no
You never really can fix a heart
Oh-oh, oh, oh-oh yeah-oh, oh, oh, oh
You never really can fix my heart
Sudah, sudah, sudah cukup. Aku tidak membutuhkanmu lagi untuk saat ini. Aku takut. Aku akan melepaskanmu, kau tidak akan pernah kesusahan untuk menutupi lukaku lalu kau hancurkan perasaanku. Tidak perlu. Sekarang aku hanya ingin yang terbaik untukmu. Pergilah...
No comments:
Post a Comment