Write my life!

Masih Ingat, Nggak? Lesb... No!

Edytuj post
Hai! Udah lama pakai banget ini nggak ngelanjutin Masih Ingat, Nggak? Pertama aku nggak punya waktu untuk mikir kelanjutannya dan lagi pula nggak ada ide juga. Tapi karena sekarang lagi libur UN kelas sembilan, so, here I am. Siapa tahu ide mengalir dengan sendirinya. Maaf banget sebelumnya.
Aku juga mau minta maaf karena Masih Ingat Nggak? Teori Konyol kehapus. Nggak tahu deh siapa pelakunya tapi deep inside my heart I am so sad. Padahal itu artikel favorit kalau dibilang -malah curhat-. 
Enjoy this :)




Di kelas lima ngapain, ya? Entah kebanyakan memori atau terlalu sedikit atau mungkin nggak ada memori di kelas lima, sampai-sampai aku harus pending nulis artikel ini. Dan setelah mengintrogasi, lebih tepatnya bertanya kepada teman lama, katanya, sih, gurunya yang paling berkesan. Memang benar, sih, wali kelas kami di kelas lima yang merangkap sebagai guru mata pelajaran yang isinya menghafal (IPA, IPS, PKn, dsb.) ini tidak dapat dilupakan.


Apa yang berkesan? Beliau ini, punya cara tersendiri supaya muridnya mendapat nilai bagus pada pelajaran hafalan. Semangat banget deh kalau ngajarin kita. Tapi yang namanya anak Indonesia, dengan sebelas mata pelajaran dan tumpukan buku setinggi dirinya, jadi, deh, males menghafal. Lihat tulisan di buku saja rasanya pingin tidur atau nangis. Tapi mau gimana lagi, kurikulum, sih.


Jadi, menghafalnya itu begini : kita disuruh membaca misalnya ibukota negara di Asia, setelah itu disuruh mengafal dalam waktu kira-kira lima sampai sepuluh menit. Setelah itu beliau akan memandu murid-murid tercintanya ini untuk mengucapkan apa yang dihafalkan.
"Ibu kota negara di Asia, satu..." begitu katanya.
Selagi kita mengucapkan, Bu Guru ini mengamati bibir kita masing-masing, yang salah harus mengucapkannya di depan kelas sampai hafal. Haduhhh, aku belum pernah kayaknya.
Bagi sebagian kecil temanku sekelas, cara ini dibilang ampuh untuk mencapai nilai bagus. Sebagian kecil, loh, ya. Nah, padahal aku masuk ke sebagian besarnya. Malangnya. Untuk pelajaran IPA, sih, aku oke oke saja karena menurutku, asal bisa dibayangkan aku bisa menghafal. Lah kalau IPS? Kalian harus tahu kalau nilai IPSku di kelas lima itu yang buruk diantara di kelas yang lainnya. Yang namanya ulangan IPS tuntas itu langka banget. Selalu deh dapet nilai setengah dari sempurna. Tapi anehnya, waktu itu aku enjoy the destiny banget, efek banyak temannya mungkin.


Lain pelajaran, lain cerita. Pelajaran Bahasa Indonesia dan Bahasa Jawa di kelas lima aku selalu dapat nilai bagus pakai banget. Nahaha, enggak, kok, cuman bagus. Sampai-sampai guru bahasaku itu menjadikanku anak kesayangannya -sangat percaya diri-. Membagikan hasil ulangan aku, menjawab pertanyaan aku, membagi novel aku, dan lain-lain. Hal tersebut membuat beberapa temanku iri dan beberapanya lagi malah berkata bahwa aku seperti baby sitter-nya yang selalu disuruh-suruh. Sumpah deh, ini nggak nyambung.


Bicara soal cinta -asikkk-, di kelas lima itu jamannya surat-suratan dan tembak-tebakkan. Tapi nggak sampai mati kok. Jadi begini, kalau dibilang anak kelas lima itu masih terlalu polos untuk dikasih handphone dan punya media sosial tapi juga terlalu cemen untuk ngomong langsung sama lawan jenis. Jadi begini, deh, kisah anak kelas lima.
Setelah nulis surat untuk orang yang disukai, ada tiga versi kelanjutannya.

Pertama, dikasihin langsung. Pastilah pakai malu-malu cacing dulu, tapi, kan, supaya kelihatan gentle dan semoga surat cintanya itu diterima oleh sang pujaan hati tercinta mumuuah! -abaikan-

Kedua, titip sahabatnya. Nah ini, nih, cara cerdik untuk memanfaatkan sahabatnya atau sahabat lawan jenisnya. Dasar.

Ketiga, dikasihin langsung tapi di belakang sekolah. Ini dia tempat favorit para penembak abal anak kelas lima SD. Setelah disadari, kayaknya mereka nglakuin kayak gitu supaya terkesan romantis, padahal belakang sekolah nggak ada greget-gregetnya juga, teduh, sih, enak. Tapi jangan salah, belakang sekolah itu jadi saksi buta antara cinta monyet anak setengah remaja.


Itu kisah yang normal, nah, gimana kalau kalian tahu kisah milikku dan salah seorang teman yang aku anggap sangat-sangat tidak lazim. Dia perempuan, dia sama sepertiku, dia sama seperti kalian yang merasa perempuan, tapi dia.... Ah, tidak ini aib. Tapi untuk kalian aku akan menceritakannya.

Aku tidak mau bilang namanya, tapi inisialnya C. Kemana-mana dia selalu ngikutin aku, masak aku dipeluk-peluk gitu, ngasih kiss bye, ngomong kayak bayi. Trus dia bilang dia suka aku. Gara-gara itu teman-teman bilang dia lesbian. Sumpah, deh gila. Menurutku itu sih bercanda saja atau mungkin pelarian dari dia yang nggak punya pacar atau nggak punya teman. Tapi kan sebagai perempuan yang normal dan bekharisma -walah-, pasti risih kalau diperlakukan seperti itu, sama sesama jenis lagi.

Pernah ada kejadian yang memalukannya sangat. Waktu itu aku mendapat tugas untuk membagi novel Bahasa Indonesia di depan kelas, dan setelah namaku dipanggil untuk melaksanakan tugas, guruku itu memanggil si C. Sontak sekelas langsung bersorak "Cieeee...." dan waktu guruku tanya kenapa, apa jawab mereka coba, "Berdua pacaran, Bu...." Ya ampun, mau ditaruh dimana mukaku saat itu? Dan kau tahu apa reaksi teman menyebalkanku itu, dia cuman cengar-cengir seakan-akan menyetujui apa yang dikatakan sekelas. G I L A!


Di kelas lima pula aku sering bolos ikut pramuka, padahal ini tahun terkahir, Sebenernya bukan bolos, tapi ijin, soalnya harus ikut pembinaan buat lomba-lomba Matematika. Awalnya itu alasannya, tapi lama kelamaan aku dan teman-teman yang ikut pembinaan memaksa guru yang membina untuk mengadakan pembinaan disaat pramuka. Dasar anak-anak cerdik. Jadilah selama kelas lima itu kita nggak pernah ikut pramuka, pernah sih sebenarnya, paling-paling kurang dari lima kali, tapi kita diijinin ikut kemah. Yee!!


Itu dia kenangan-kenangan di kelas lima yang masih membekas didiriku. Sebenarnya masih banyak, tapi nggak terlalu berkesan (kok bisa ingat kalau nggak berkesan?) dan nggak seru juga kalau dijadikan bahan cerita, beberapa privasi. Hahaha. Mudah-mudahan kalian masih ingat, ya!




Thank you for reading everybody! Tinggal satu part lagi :) Don't forget to give me +1, comment, and share.





No comments:

Post a Comment

© Agata | WioskaSzablonów.