Write my life!

Nye Nye : Spending The Time (Chapter 12 Pt. 2)

Edytuj post

*Lindsay Ong’s point of View*

“Tiga, dua, satu, prittt… (peluit dibunyikan)

Pertandingan sepak bola antarsiswa kelas 9-3 pun dimulai. Walaupun tidak memenuhi kriteria jumlah pemain sepak bola, namun tetap saja olahraga ini berlanjut. Grup pertama beranggotakan NyeNye, Lotta, dan Gareth. Sedangkan Encun bergabung dengan Pierre di grup dua. Memang kurang satu orang untuk membuatnya jadi seimbang. Oleh karena itu Pierre mengajak antara aku, Maureen, dan Becky untuk bermain. Setelah lama saling menunjuk, Beckylah yang masuk jadi penyeimbang, dan permainan pun dimulai.

Aku, Maureen dan Jeanne duduk di pesisir pantai Crane, bersama Loiz yang sedang galau karena patah hati. Entah dengan siapa, itu masih misterius. Menurut mata penelitianku, ia tidak pernah mendekati seorang cewek pun, jadi susah ditebak. Kasihan juga melihatnya sering memasang status galau di media sosial. Kadang aku bingung dengan yang namanya kisah cinta.

Kalau cinta seseorang, katakan saja. Masalah diterima atau tidaknya, itu belakangan, yang penting sudah mencoba menyatakan perasaan.

Teorinya sih gitu. Tapi tetap saja banyak orang yang diam-diam menyimpan perasaan, bukan mengatakannya. Kata mereka, kenyataan itu berbeda sama teori. Mereka takut sakit hati kalau ditolak, jadi mereka memilih menjadi teman biasa saja. Entahlah, aku pun belum pernah merasakan yang namanya men-cin-ta-i-se-se-o-rang, jadi aku tidak tahu mana yang benar.

Setelah lama memandangi hamparan laut yang sebenarnya tidak indah menurutku, aku pun ingin berolahraga. Kuajak Jeanne dan Maureen untuk bermain badminton bersamaku. Sedangkan Loiz memilih untuk tidur di atas pasir putih Pantai Crane sambil menikmati kegalauan hatinya.
***

“Apa acara selanjutnya Nye?”

“Entah, belum ada rencana lagi,” jawabnya sambil bernapas terengah-engah.

“Eh, eh, dengar-dengar tiga hari lagi ada pesta api unggun, loh.” Maureen tiba-tiba menepuk bahu NyeNye yang penuh dengan keringat itu. “Iuhh..” Ia mengibatkan tangannya segera.

“Ohh..” tanggap NyeNye singkat sambil menyeka keringat di dahinya. Loiz datang, diikut  Lotta dan kawan-kawan lainnya.

“Dari mana saja kalian, kok hilang begitu saja?”

“Tidakkah kalian mendengar suara Mrs. Sam berteriak di mikrofon, memanggil kita semua untuk berkumpul??” Lotta berteriak menjawab pertanyaan Maureen.

“Sudah, sudah.” Encun menenangkan kami semua. “Begini, dua hari lagi, akan ada pesta api unggun. Seperti biasa, setiap kelas wajib menampilkan sesuatu. Sekarang pertanyaannya, apa yang akan kita tampilkan?”

“Paduan suara? La la la la la la la la…” usul Maureen yang pertama, dilanjutkan nyanyian seriosanya. Suaranya memang bagus, ia sering mengikuti lomba paduan suara, pantas saja ia mengusulkan penampilan itu.

“Ah.. Itu sudah biasa.. Kita membutuhkan yang extraordinary.”

Ordinary kan artinya biasa. Berarti kalo Extraordinary, artinya biasa banget no,” kata Pierre.

“Drama aja gimana?” Encun mencoba memberi masukan, lalu membayangkan aksi drama kita di sekeliling api unggun dan tertawa sendiri, tapi tidak ada yang menghiraukannya.

“Yang berhubungan sama musik aja. Biar tidak perlu latihan banyak.” Becky mulai menggerakkan jari tangannya, seolah-olah ia sedang memetik senar gitarnya.

“Modern dance?” Jeanne berpikir. “Nyanyi sambil ngedance aja gimana? Kayaknya keren itu.”

“Oke!” NyeNye mengacungkan jempolnya.

“Ya, ya..” Pierre mengangguk.

“Setuju, setuju, setuju!” ucap Gareth menirukan gaya bicara Upin dan Ipin. “Pintar kau, Jeanne,” pujanya pada pacarnya.

***

“Baiklah, penampilan pertama siapa Mr. Hab?” Mrs. Imbly menanyakan lewat microfonnya yang berwarna perak penuh glitter.

“Kelas 9-4,” Mr. Hab melirik ke arah kumpulan siswa 9-4. Sepertinya guru killer itu mau balas dendam, karena pidatonya tadi tertawakan oleh mereka.

Mereka menampilkan paduan suara. Teresa, salah satu murid  di sana, memulai pertunjukan dengan bernyanyi solo.

I think of you in everything that I do
To be with you what ever it takes I’ll do
Cause you my love, you all my heart desires
You’ve lighten up my life forever I’m alive

Lalu teman-temannya menyambung suara Teresa diiringi alunan biola yang menghanyutkan hati kami semua yang mendengar. Kami pun meliukkan tubuh kami ke kanan dan ke kiri. Jeanne malah menyandarkan kepalanya ke bahu Gareth.

Since I found you my world seems so brand new
You've show me the love I never knew
Your presence is what my whole life through
Since I found you my life begin so new
Now who needs a dream when there is you
For all of my dreams came true
Since I found you
Your love shines bright
Through all the corners of my heart
Maybe you are my dearest heart
I give you all I have my heart, my soul, my life
My destiny is you
Forever true... I'm so in love with you
Since I found you my world seems so brand new
You've show me the love I never knew
Your presence is what my whole life through
Since I found you my life begin so new
Now who needs a dream when there is you
For all of my dreams came true
Since I found you
My heart forever true...
In love with you..

“Bagus sekali penampilan mereka,” ucapku terpesona. Jeanne mengangguk setuju, “Mak nyus kata-katanya ya.” Lalu ia meletakkan telapak tangannya di dadanya.

“Kau lihat tidak, tadi Teresa melihat ke arah kita terus?”

“Kita?” tanyaku bingung mendengar perkataan Lotta.

“Iya, ke arah NyeNye tepatnya.” Dia menengok melihat NyeNye yang sedang mengobrol dengan Encun. “Dia menyanyi dari lubuk hati yang paling dalam. Aku yakin itu.”

Belum sempat aku dan Jeanne bertanya lebih lanjut, kelas kami sudah dipanggil untuk maju menampilkan karya kami.

“Good luck” ucapku pada Jeanne. Ia tersenyum dan membalas dengan kata-kata yang sama.

(Suara petikan jari tiga kali)
[Becky] I’ve been working hard so long
[Becky] seems like pain has been my only friend
[Encun] my fragile heart's been done so wrong
[Encun] I wondered if I'd ever heal again

[Lotta dan Maureen] ohh just like all the seasons never stay the same
[Lotta dan Maureen] all around me I can feel a change (ohh)

CHORUS (Kita semua mulai menggerakkan kaki dan tangan sesuai dengan gerakan yang telah dibuat oleh Jeanne)
[All] I will break these chains that bind me, happiness will find me
[All] leave the past behind me, today my life begins
[All] a whole new world is waiting it's mine for the taking
[All] I know I can make it, today my life begins

[Nye-Nye] Yesterday has come and gone
[Nye-Nye] and I've learnt how to leave it where it is
[Pierre] and I see that I was wrong
[Pierre] for ever doubting i could win

[Loiz dan Gareth] Ohh just like all the seasons never stay the same
[Loiz dan Gareth] all around me i can feel a change (ohh)

[All] I will break these chains that bind me, happiness will find me
[All] leave the past behind me, today my life begins
[All] a whole new world is waiting it's mine for the taking
[All] I know I can make it, today my life begins

[Lindsay] Life's too short to have regrets
[Lindsay] so I'm learning now to leave it in the past and try to forget
[Jeanne] only have one life to live
[Jeanne] so you better make the best of it

[All] I will break these chains that bind me, happiness will find me
[All] leave the past behind me, today my life begins
[All] a whole new world is waiting it's mine for the taking
[All] I know I can make it, today my life begins

[All] I will break these chains that bind me, happiness will find me
[All] leave the past behind me, today my life begins
[All] a whole new world is waiting it's mine for the taking
[All] I know I can make it, today my life begins
[All] today my life begins...

Kami semua sangat senang saat mendengar suara tepuk tangan saling bersautan. Malah ada yang standing-applause. Ini semua berkat usaha keras kami semua ditambah iringan musik dari Pierre dan Loiz yang sungguh hebat.

Ini memang pesta api unggun paling menyenangkan bagiku. Semua ingatan bahwa perpisahan kami tinggal dua hari lagi, hilang, diterpa oleh kebahagiaan malam ini.

Setelah membungkukkan badan, kami kembali ke tempat duduk dengan barisan yang sedikit teratur. Tubuhku yang pendek membuatku duduk di barisan paling depan agar bisa melihat performance dengan jelas. Jeanne dan Lotta menemaniku di barisan terdepan.

“Maksudmu apaan sih, Lot?” tanya Jeanne tiba-tiba. Lalu ia memasukkan sebuah permen karet ke mulutnya sambil menunggu Lotta menjawab.

“Apa?” Lotta bertanya bingung. Ia lupa dengan perkataannya sendiri, begitu pun aku.

Jeanne menatap Teresa yang sedang duduk dengan mata yang juga terarah ke kami. Ia segera mengalihkan pandangannya.

“Oh, tentang Teresa maksudmu?” Lotta mengangguk-ngangguk mengerti. Lalu ia mulai bercerita. Intinya, Teresa sebenarnya suka dengan NyeNye. Tiba-tiba sebuah ide muncul di benakku. Ide yang aneh sebenarnya.

“Aku punya rencana untuk mengisi waktu senggang kita selama dua hari ini, mau ikut?” tanyaku disambut anggukan kepala mereka berdua. 
***

No comments:

Post a Comment

© Agata | WioskaSzablonów.